Minggu, 24 April 2016

Kisah

Di luar hujan sedang deras derasnya
Para penyair sibuk menoreh lukanya untuk dituang menjadi puisi terbaik mereka
Para hati sibuk mencuci rindunya pada genangan genangan hujan di teras mereka
Tersebutlah seorang gadis yang sibuk bersembunyi di tirai duka,
seolah jerat muramnya begitu dalam
Sibuk ia menyulam kenang menjadi beribu paragraf panjang
Melupa ia pada rekah matahari di pelataran rumahnya
hidup ia pada pelarian-pelarian suram tanpa jawaban

Padahal sudah hampir mekar semaian sedihnya membuah langit cerah
Atas nama pecandu sendu, sampai kapan kan dikarang cerita keterjatuhan dan ketersesatan malam?
Sementara semesta terus berputar,
dan jawaban sudah dihadiahi tuhan

Kepada limbungmu, gadis penikmat luka
Melepaslah dan melangkahlah
Merebahlah dan menetaplah
Pada kebun semaianmu beratap lelangit biru
Kuburlah segala ragu pada aroma baru

Karena di luar hujan tak terus deras semalaman
Karena penyair tak mendamba luka tuk meramu karangan
Karena terasmu tak lagi hujan,
beranjak lah


-Tasha Fairus

Jika membaca itu seperti masturbasi, maka semua orang akan pintar. 
Dan jika masturbasi sesulit membaca maka para pendosa menjadi sedikit.

Namun bila tak ada yang berdosa, apa yang akan dibaca ?




-Raditya Satyoputra

Sabtu, 23 April 2016

Little You Know

Little you know, memories about you is always have a space to be celebrated;
when the light is absence and the stars are no longer up there.
And so little you know, I’m the happiest man in my mournful dream;
when I get a glimpse of that simple smile.
And so little you know, still I cling to the sound of your laugh.
And not so little you know, it's over.


-Muhammad Gana

Minggu, 17 April 2016

Tidurlah

Merebahlah, nona
Biar kuantar kau ke lelapmu
Aku punya segudang cerita yang mungkin kau suka

Tentang pelayaranku,
Tentang birunya laut yang terhampar luas,
Tentang hangatnya matahari yang menjelang

Tidak, kau tidak perlu mengerti
Dengarkan saja sayup suaraku

Dan tidurlah,
Esok pagi ku kan hilang di antara bising alarm-mu
Dan mungkin kita kan bertemu kembali pada lamunanmu yang lainnya




Ditulis oleh Muhammad Gana

Jika

jika,

hujan tak kunjung usai membasah asa;
pada waktu yang melingkari punuk kita dengan ketidak pastian rasa,
pada susunan kata yang mengakar diam di antara kerongkong kita,
pada keterengahan kita mencari langkah irama senada,

dan hanya jika,

awan menggelayut lesu menyulam kelabu;
pada jatuh ragu kita akan kekekalan debar satu,
pada ketersesatan perjalanan kita akan tuju,
pada kelalaian kita akan kutukan permainan waktu,

dan,

akan hilang kah kita,
jika hujan tak mereda dengan segala petir dan selimut gelapnya,
akan hilang kah kita,
jika ke antah berantahan paragraf ini terlalu dini ditentu cuaca,
akan kah,
jika dan hanya jika;
kita mati terlalu dini,
pada kening lelangit masing-masing,
menjadi musim yang tak dikenang dan saling mengasing,

akan kah?



Ditulis oleh Tasha Fairus

Saya

Saya bukan anak seorang seniman.
Saya bukan seorang pelajar sastra.

Saya bukan jurnalis yang pandai menulis.
Saya bukan pembaca sebuah buku bertulis.

Saya tidak mengerti itu puisi.
Saya tidak mengerti itu novel.

Saya hanya membuat sebuah kalimat.
Karena yang saya ketahui, setiap kata memiliki arti.
Dan membuat saya percaya, hidup saya kini ber-arti.




Ditulis oleh Raditya Satyoputra

Sabtu, 02 April 2016

Ketiadaan, yang Mewaraskan Kita

Pernah aku terobsesi pada sebuah ada.
Aku merasakan kehidupan dalam perbincangan kita,
hembusan nafasku menjadi lebih berarti di antara gelak tawa yang kita bagi.

Namun kita tau percakapan kita hanya bermuara pada ketiadaan,
dituntun berbatang rokok yang kita benamkan di asbak.
Gelas berembun yang kita tenggak hanya melepas dahaga,
yang lalu memeluk kita menuju tiada.

Kita tau ketiadaan lah yang akan mewaraskan kita.
Ketiadaan itu yang membuat kita menerima hidup.
Dan dalam tiada,
kita pelan-pelan menjadi nyata.
Kita adalah dua yang tidak benar-benar ada.


-Muhammad Gana