Minggu, 02 Desember 2012

#BedahAlbum

Hi!
setelah beberapa saat mati suri, lembar project punya project baru yaitu #BedahAlbum
#BedahAlbum adalah project menulis sajak yang terinspirasi dari suatu lagu dari satu album band indie yang akan kami tentukan perminggu.

kenapa judulnya #BedahAlbum ?
karena tujuan dari project ini yaitu ingin lebih spesifik dalam menentukan benang merah project, yaitu benar benar untuk mengupas tuntas sebuah album, yang mana sudah disepakati akan banyak mengambil band band indie baik dari dalam maupun luar negri.
apa perbedaan dengan project sebelumnya ?
perbedaan dari project project sebelumnya, dalam project #BedahAlbum peserta yang berminat harus konfirmasi terlebih dahulu pada kami, karna akan ada proses diskusi sebelum project #BedahAlbum dilaksanakan.
untuk apa dilakukan diskusi ?
pada diskusi ini akan dirundingkan pembagian lagu lagu pada album tersebut untuk 'dijadikan' tulisan bagi para peserta project. jadi jatah lagu untuk dijadikan sajak disini sifatnya ditentukan berdasar diskusi.
tiap peserta project bisa mendapat satu hingga lebih judul lagu untuk dijadikan sajak, tergantung jumlah lagu yang terdapat pada album yang dibahas.
ini rules-nya:
1. tulisan berupa sajak, ataupun puisi.
2. satu lagu satu tulisan
3. tulisan diposting di blog masing masing, dan pada deadline pengumpulan harap mengirim link ke @tashafairus atau @ktagana untuk selanjutnya dirangkum dalam blog lembaran project.

untuk info yang kurang jelas bisa ditanyakan melalui twitter.
oya, hasil akhir project ini akan ditampilkan di blog lembaran project berupa kumpulan sajak yang kalian buat perlagu beserta (insha allah) ilustrasi gambar untuk tiap tulisan yang kalian buat.

okay, sekian dan selamat menulis! :)



Selasa, 14 Agustus 2012

Pelangi yang Tak Kunjung Datang | @ktagana


Nafasnya sendu, matanya pilu, hatinya kemarau, maskaranya luntur tak beraturan. Seorang Wanita tertatih di tengah hutan yang meredam dunia luar. Dunia yang terlalu keras bagi seorang Wanita rapuh.

Wanita ini terus berlari, membelah rusuk-rusuk hutan yang didiami pohon besar dan kekar. Matanya tak henti menghujani pipinya. Ia terus berjalan dengan sendu. Kepalanya masih dibayang-bayangi Pria dengan tuxedo hitam yang mencekik tangisnya.

Pria tua dengan jas dan dasi kupu-kupu usang mendatanginya,
"Apa yang kau cari disini, gadis kecil?"
"Aku mencari pelangi.", jawab wanita itu singkat, tanpa memeberi atensi lebih ke pak tua.

Ia terus berjalan, sembari menggenggam mawar yang dimekari oleh air matanya.
Musim penghujan seakan betah memberi siklus pada matanya, sementara hatinya kering kerontang. Rambutnya tergerai layu. Ia berjalan dan terus berjalan.

Entah dimana Ia akan menemukan pelangi. Ia hanya berjalan lurus dengan berbagai pikiran yang merecoki hatinya, menyayat-nyayat sisi-sisi hatinya yang semakin rapuh.
Sampai pada akhirnya isi kepalanya tumpah ruah, menembak tepat ke jantungnya layaknya selongsong peluru.
Wanita tadi terbunuh oleh pikirannya sendiri, roh nya meninggalkan jiwa yang penuh peluh, mata yang memerah, dan hati yang keruh. Namun pelangi tak kunjung datang.


by: @ktagana
http://superagazzino.blogspot.com/

Minggu, 12 Agustus 2012

Hutan Kecil pada Hatimu | @tashafairus


pagi masih terlalu dini. matahari masih terlalu pemalu. awan masih menyelimuti langit membiru.
rumput masih basah. dedaun masih mengembun dingin. pepohon masih menyaring berkas cahaya matahari.
gaun putih. kaki telanjang. rambut setengah basah. dan seorang gadis tergopoh gopoh berlari membelah pagi.
napasnya tak teratur. jantungnya berdebar lebih cepat dari derap langkahnya. keringat menyusuri setiap lekuk tubuhnya, deras seperti rasa gemas yang menguasai tubuhnya.
gadis ini berlari sekuat tenaga. kaki telanjangnya ia hempaskan begitu saja pada rerumput lembab. rambut terurainya ia biarkan terdesak angin pagi menggigil. matanya fokus mencari celah pepohon yang memungkinkannya keluar dari hutan ini.
ia benci tempat ini. pohon pohon menjulang hanya menutup hangat matahari. daun daun basah hanya menampung air mata air mata penghuninya. rerumput lembab ini hanya membuat rusuknya semakin dingin.
ia berlari lebih cepat. ia tidak ingin terjebak disini terlalu lama, tersesat dan menjadi penghuni hutan ini, hutan berisi langit mendung, berpenghuni gadis bermata sembab.
ia terus berlari, meski lelah sudah membiru di permukaan tubuhnya.
ia berusaha mencari tempatnya terjatuh pertama kali di tempat ini. di suatu senja yang menyimpan rahasia. di suatu sudut hutan ini, tempat semua gadis tak tahu apa apa dibuang langit hangat dan disesatkan pada dingin hutan sepi.
ia dulu mengira ini bukan tempat yang buruk. dijatuhkan langit dengan bekal mawar berduri segar, yang pada akhirnya deduri itulah yang menusuk dirinya sendiri. ia dulu mengira ia bisa bertahan dengan tabahnya, yang pada akhirnya lelah dari tabah itulah yang memukulnya babak belur berair mata. ia dulu mengira ia bisa keluar dari hutan ini dengan mudah, namun bagaimana bisa jika setiap jengkal hutan ini menariknya paksa untuk mencandu memori terus menerus hingga mabuk?
ia terus berlari.
mencari jalan keluar, terbebas dari hutan kecil pada hati lelaki-nya.


by: @tashafairus
http://berbagicangkir.blogspot.com/

Like a Knife | @muthiahannisa


ketika?
sebuah kata sederhana begitu kompleks bagiku?
aku diburu, dicekam, tapi hatiku begitu malu
desakan gravitasi meyuruhku tetap bernaung bermain dengan simpulan semesta
semesta begitu pelik bagiku dengan “merona aku usap pipiku”.
dimana? aku haru kutancap sepasang kaki telanjang ini..
disinakah? disitukah? disanakah?
beranda yang telah penuh ditemani sebuah bayangan yang terlalu semu
sudahlah aku sudah diburu..
terlalu sepi bagiku..
terlau dingin, ketika meyergap aku siap dimangsa..
diantara biloks biloks yang ingin menetralkan..
aku lengah..
ketika kau memulaikan cerita.
desakkan relung hatiku ingin meronta tapi tidak bisa..
 ketika aku sudah ingin muntah..
kalimat itu menusuk diantara tulang rusuk “hay wanita”?
ketika kalimat itu kau lontarkan kepadaku..
seketika itu sebuah rambatan tidak hadir kau ciptakan..
seketika itu membuat hatiku ingin meronta..
waktu semesta untuk kau dan aku “tidak ada”..
itu sebuah skenario yang terlalu pendek karena itu sebuah manisan..
aku hanya sebagai etalase di bagian simpulanmu..
beranda yang terlalu sepi bagiku..
tak perlu meronta..
hanya sebuah tarian fatamorgana..
dada yang sudah kau belah
sekejap menghisap memoriku
semesta menjawab pertayaanku?
jawaban pahitkah???

sebuah kata sederhana bermuncul dipermukaan lagit semesta..
lupakanlah..
gravitasi hilang
 begitu kedap udara tersisa..
aku menghilang..
“ketika kau dan aku menyusup”


by: @muthiahannisa

http://muthiahannisa.tumblr.com/


Senin, 06 Agustus 2012

#prosaproject sesi4


sukses bikin #prosaproject sesi3 edisi tema khusus luar angkasa, sekarang #prosaproject mau bikin edisi khusus lagi supaya makin mengasah kemampuan eksplorasi ide menjadi sebuah prosa. Dan sesi4 kali ini yaitu:
membuat prosa dari eksplorasi ide kamu terhadap gambar/foto dibawah ini
syarat:
1. harus menyertakan gambar/foto ini dalam postingan
2. batas posting tanggal 11 agustus 2012, pengumpulan link maks. 12 agustus 2012 siang
3. pengumpulan link berformat:
"Judul Prosa" | link | by:@akuntwittermu #prosaproject | cc:@tashafairus
4. Publikasi link dilakukan 12 agustus 2012 paling lambat malam hari, dimohon kerjasamanya untuk bantu meretweet agar publikasi semua karya semakin merata (bukan retweet karya pribadi saja)

jika ada saran untuk #prosaproject ke depan bisa disampaikan.
selamat menulis, selamat berimajinasi! :)

Minggu, 29 Juli 2012

Ilusi dan Gadis Bulan | @tashafairus

aku berjalan linglung. kakiku sudah berdarah tergesek permukaan bulan. ia meninggalkan jejak merah di setapak di belakangku, dengan harap cemas akan ada sepasang kaki lain mengikut di belakang sepasang kaki lukaku, bersedia menuang jejak luka merah yang sama di atas bulan yang sama, lelaki itu.
nafasku hampir habis digerogoti atmosfer bulan. setapakku masih menjejak merah sendiri. bulan ini semakin kotor, dengan aku dan setapak merah lukaku berputar diatasnya, mencari lelaki itu, dengan benang luka yang aku tinggal di setapak bulan ini, menunggunya merajut benang ini menjadi luka yang lebih besar untuk dikenakan bersama sama. darahku sudah mengalir habis mengisi lubang lubang bulan, ia kekal bersama tungguku. dan lelaki itu yang tak juga bisa ditunggu.

tunggu!

mataku sudah gelap, hanya bisa mengerjap, mencari suara yang terpantul mendekat.
lelaki itu, ya, lelaki itu.

aku tidak pernah sudi datang untuk menyambung jejak kaki berdarahmu pada setapak bulan, karna aku datang bukan untuk merajut luka bersama sama.
ikutlah aku, tidak ada lagi kasar bulan yang membuatmu berdarah lebih luka. masih banyak tempat kita di semesta ini.
ikutlah aku, membalut luka dan bahagia.



aku terbangun.
bunga tidurku menguap dari kepala, mengisi nyata pada lelaki di hadapanku.
"Kamu bukan ilusi untuk mengobati lukaku kan, tuan?"
Lelaki itu diam, terbang, lalu hilang, bersama sadarku.
"Ah, ilusi lagi." dengusku.


 
by: @tashafairus
http://berbagicangkir.blogspot.com/

Tersesat di Bima Sakti | @ktagana

Si Pria berwajah klimis, kumisnya ter-iris manis. Ia tinggal di Mars. Keahliannya adalah sintaksis. Tiap rongga geriknya adalah janggal. Tiap aksara yang digoreskannya hanyalah sintaksis tanpa isi. Nir-komposisi.
Si Wanita bertubuh indah, arsir wajahnya sempurna. Dihidupi di Venus. Ia mengolah nada-nada minor menjadi satu kesatuan indah, bak seorang biduan.
Mereka bertemu pada musim dingin di suatu sudut di Bima Sakti. Saling menghangati tulang-tulang yang dipenuhi gigil. Menebar buih-buih rindu. Tanpa pernah meragu. Mereka candu pada cangkir konversasi ringan, layaknya sepasang yang sudah dicuci isi otak dan hatinya.
"Mari kita teguk bersama cangkir ini, dalam limpah suka."
"Dengan senang hati, tuan."

Mereka hidup bersama. Meninggalkan Mars, dan juga Venus. Mereka memilih meninggali Bumi yang menyedihkan, penuh elegi. Mereka seolah melakukan kesalahan terbesar. Kulit mereka perlahan mengelupas, teriris perihnya musim panas. Jantung mereka memompa darah lebih cepat dari biasanya. Kepala mereka berdua mendidih. Space Dementia. Mereka melayang di permukaan Bumi.

"Tidak seharusnya kita disini."
"Ini semua salahmu, makhluk aneh."

Tingkah laku mereka sudah tidak lagi selayaknya. Disorder. Kisah yang mereka pepatkan memuai sempurna, tak lagi berisi. Debar jantungnya mulai memasuki outro. Si wanita memasuki dua musim; penghujan pada sepasang matanya, kering pada hatinya. Kontradiksi sempurna. Si wanita merekah, lelah. Si pria terkapar, menyerah. 
Bibir mereka kelu, otaknya membeku. Saat itu kupu-kupu tak lagi mengepakkan keindahan. Oksimoron sudah kadaluarsa, semuanya linier. Magenta, darah yang mengucur dari kepala mereka.
Mereka terbang, kembali ke Venus, dan juga Mars. Namun mereka hanya terlalu lelah melayang, jatuh ke dunia entah berantah di luar angkasa sana. Tersesat di sudut lain di Bima Sakti.
 
by: @ktagana
http://superagazzino.blogspot.com/

Meninggalkan atau Ditinggalkan? | @septyDI

Apa kita masih melihat bintang sama malam ini?
“Aku masih sayang kamu banget,Reina. kamu tau kan nggak ada perempuan yang bener-bener aku sayang selain kamu. Semua setelah kamu itu nggak berasa waktu aku sama kamu.”
“Apa kamu inget sama Laura waktu kamu ngomong begini semua sama aku?”
“Apa kamu nggak bisa untuk menunggu sebentar,sayang? Sampai aku benar-benar menyelesaikan semuanya di antara aku dan Laura?”
“Aku harus menunggu berapa lama lagi,Dan. Apa belum cukup kita ngejalanin sembunyi-sembunyi gini selama dua tahun lebih? Butuh berapa lama kamu menyelesaikan semuanya dengan pacar LDR kamu itu?
“Tapi, aku butuh kamu Reina.”
“Coba kamu fikiran matang-matang ya, pilih antara aku atau dia. Aku kasih kamu waktu 1 minggu buat mikirin semuanya., gimana kedepannya dihubungan kita ini. Dan setelah itu, aku juga nggak bakal nuntut yang macam-macam lagi dari kamu. Dan kita cukup menghentikan semua komunikasi dan pertemuan rahasia ini selama 1 minggu ini”
“Aku sayang kamu,Reina. kamu tau sekali soal itu”
“Aku juga sayang kamu,Dan.  bahkan mungkin melebihi pacar beneran kamu itu. Tapi hubungan kayak gini mau sampai kapan dijalani? Aku butuh komitmen dalam hubungan ini.”
“Oke kalau itu yang kamu mau,sayang. aku bakal mikirin semuanya. Dan sesuai permintaan kamu kita menghentikan semua komunikasi dan pertemuan ini sampai satu minggu kedepan.”
“Oke, satu minggu lagi aku nungguin kamu ditempat biasanya kita ketemu. Jam 2 siang”
***
Percakapan malam itu benar-benar terekam jelas diingatanku. Ya, aku seorang selingkuhan dari mantan pacarku yang terindah. Klise sebenarnya, tapi kalau sudah masalah perasaan siapapun bisa ngelakuin apa saja demi kebahagiannya bukan? Keegoisan tertinggi dari seseorang yang menuntut kebahagiaanya sendiri tanpa mempedulikan kesakitan orang lain.
Dan teringat dimasa-masa kita benar-benar bersama.
“Kamu kasih aku panggilan sayang gitu kek~”
“Masih penting ya begituan?”
“penting~”
“hmm.. buat apa sih? bentar deh ya aku pikirin dulu.”
“Jangan lama-lama”, Dan berkata manja dihadapanku. Aduh.. bagaimana bisa aku tak luluh dihadapannya?
“Karna aku suka banget sama angka kembar dan aku juga suka banget sama bintang, aku manggil kamu Capella aja kali ya.”
“Capella?”
“Iya. itu bintang kembar yang terang yang sama hangatnya dengan matahari dan dia selalu ada dimusim dingin. Kayak kamu yang datang ke hidup aku disaat aku bener-bener ‘dingin’ ”
“Mm.. gitu ya?”
“kalo nama panggilan buat aku?”
“Aku boleh namain kamu pelangi,kan? soalnya aku selalu suka hujan dan pelangi selalu ada setelah hujan,bukan?”
“Sejak kapan kamu mau sok romantis begini sih?”
“Sejak sayang sama kamu”
dan kita saling tertawa bersama sambil mengejek satu sama lain
***
Seminggu kemudian. Kafe
“Maaf terlambat, tadi aku ada kelas yang molor banget masuknya”,ujar Dan sambil terengah-engah. Terlihat ia benar-benar lelarian sepanjang jalan menuju kesini.
“It’s okay. Dan sejak kapan kamu ontime coba? Pesen dulu mau minum apa”,ujarku sambil mengaduk cappuccino freddoku untuk menutupi kegugupanku.
“Mm.. ntar aja deh. Eh,Tapi kan aku sudah berubah banyak dari pada waktu-waktu pertama kita ketemu. Dulu aku lebih jauh bandelnya,kan.”, dia berkata sambil mengacak-acak rambutku.
“Stop.. ini susah loh ngatur rambutnya sampe serapi ini”, aku refleks untuk menghindarinya dan dia berubah membelai rambutku. Dan matanya terlihat dengan jelas, dia sedih. Kenapa? apa dia sudah memutuskan semuanya? Aku sudah mencoba untuk berpura-ura tidak tau apa-apa. Tanpa sadar tangis keluar dari mataku. Tangis perpisahan yang belum terjadi.
“Kamu kenapa kok nangis?
“sepertinya aku tau apa yang akan terjadi. kamu kan dari dulu tau aku memang cenayang”, ujarku bercanda sambil menangis.
“Cupcupcup, udah ah. Udah gede gini kok malah nangis, malu tuh diliatin orang”
“karna aku tau disini sepi banget,Dan. Nggak bakal ada orang yang eknal sama kita disini. Dan kita juga memilih tempat ini karna yakin nggak bakal ada orang yang kita kenal disini. Untuk mengadukan hubungan kita ke Laura,pacar kamu” aku menekankan nama pacarnya terhadapnya, dan langsung berubah raut wajahnya.
“jangan tatapan yang itu,Dan. Kamu tau aku bakal luluh dengan tatapan itu,kan?, ujarku. Dan tak terasa tangisan itu semakin menguat.
“Aku sayang kamu,Reina. Dari awal kita ketemu aku udah bisa menebak, kamu itu beda. Beda dari sekian perempuan yang pernah ada dihidup aku. Dan kalo disuruh memilih seperti ini aku bingung.”
“kamu nggak bisa memilih aku? kamu tau aku sesayang apa sama kamu. kamu tau aku jeuh lebih sayang sama kamu daripada laura,kan?”
“Aku mungkin aja bisa untuk mengkhianati Laura,sayang. Tapi. untuk mengkhianati orang tua aku atas perjodohan ini aku sudah nggak sanggup. Ini terlalu susah untuk dipilih”
“aku sudah menebak semuanya bakal seperti ini akhirnya,Dan. stop semua kata-kata sayang kamu. aku sudah nggak bisa ngedengerin apa aja dari kamu sekarang. Di Otakku sepertinya semuanya sudah pecah, semuanya penuh dengan suara pecahan. Sepertinya 4 tahun hubungan kita dan 2 tahun terakhir yang harus backstreet dari orang tua kamu dan tunangan kamu itu sudah nggak ada artinya ya”
“tapi, aku sayang kamu,Reina. aku butuh kamu.”
“Kita terlalu berbeda. Bisa diibaratkan Kamu itu Hujan dan Aku Bintang. Kita nggak pernah bersatu walaupun berada pada tempat yang sama. Karna, Bintang yang bersinar hanya ada saat malam hari, sedangkan Hujan bisa datang kapan saja. Jikalau hujan datang pada malam hari, bintang selalu mengalah dan bersembunyi dibalik awan hujan itu, mengalah. Dan meminta maaf kepada setiap manusia yang menunggunya sedari matahari terbit di bumi karna tak bisa menghibur dan melihatnya malam itu. Bintang yang hanya terlihat indah dari jauh itu hanya bisa mengalah kepada hujan.”aku mencoba menahan tangisku, mencoba menghentikan tangisku yang pecah dipelukannyanya.
“Kamu bukan sosok yang egois, tapi entah kenapa kamu terlalu egois di hadapanku, dipemikiranku. Kamu bukan sosok yang jahat, tapi entah kenapa apa saja yang kamu lakukan terhadapku terlihat jahat.”, aku mengucapkan kata-kata itu yang membuat dia benar-benar terdiam.
“Lebih baik kita hentikan semuanya saja, lebih baik kita seperti orang asing yang nggak saling mengenal. aku sudah cukup sakit dengan semuanya”, aku beranjak dari tempat dudukku.
“Kamu mau kemana,Reina? Yuk, aku antar pulang”,Dan pun ikut beranjak dari tempat duduknya.
“Semuanya sudah berakhir disini,Dan. aku butuh waktu untuk merapikan semua serpihan hati ini. Aku butuh waktu untuk menghilangkan semua kenangan kita. Kamu mau mengerti,kan?” ujarku dengan senyum ganjil yang Dan pun tau apa artinya.
“Aku benar-benar minta maaf,Reina. dari awal memang kita sudah kalah dengan perasaan. aku terlalu takut untuk mengambil resiko untuk kita. aku benar-benar sayang kamu,Reina”
“Aku paham dan Aku sangat mengerti apa maksud semua ini,Dan. Berbahagialah dengan gadis pilihan orang tuamu. Berbaktilah kepada orang tuamu. aku selalu mendoakan kebahagiaan kamu”
“maafkan aku,sayang. maafkan aku,pelangi”
“Ah, sudah lupakan saja semuanya. Kita sudah bukan siapa-siapa. Dan kita sepasang manusia yang terikat dengan kenangan indah terlarang. Lupakan saja.”
“Maaf,Reina. Maaf.”, ucapnya dengan suara bergetar. Sudah 5 tahun aku mengenalnya sebagai pria yang sangat tenang pembawaannya, baru kali ini suaranya bergetar. Dia kehilangan kontrol dan sungguh-sungguh dengan pengucapannya.
“minta maaflah ke Laura, dia pihak yang tersakiti diatas semuanya ini. Sebelum kamu meminta maaf, aku sudah jauh memaafkanmu. Selamat tinggal,Dan. “ Aku sudah cukup tenang untuk melanjutkan perjalanan hidupku dan berjalan keluar dengan tegar.
Dan hujan turun dengan lebatnya seperti tau apa yang paling aku butuhkan, untuk mengelabui semua tangisku yang meledak. Aku hanya bisa berjalan ditengah hujan, mencoba mengikhlaskannya. Mencoba menikmati salah satu yang paling Dan suka, yaitu hujan. Dan untuk menutupi tangisku.
Dan pada akhirnya kita hanya memiliki 2 pilihan, antara ditinggalkan atau meninggalkan.

by: @septyDI
http://septydwiindriani.tumblr.com/

Umbra Mungilmu | @afsahenda

Rasi yang tercipta di angkasa sejak dua puluh empat bulan lalu menunjukkan ketimpangannya. Sebuah bintang mungil mendekati bagian rasi yang ketika itu, kau yang menciptanya. Hingga ia berhenti bergerak, meredup, berada tepat di antara rasimu dan aku, lalu terang benderang lagi.

Aku benar tak mengerti apa yang sedang terjadi disana. Ataupun di dalam sini, diantara ruang pesawat antariksa yang kau dan aku tumpangi. Ada sesuatu yang mengganjal hingga aku harus turun memeriksa angkasa yang menurutku sudah tak indah, rasi yang sudah terkontaminasi oleh objek asing yang semestinya tak berada disana.
Aku mendekat perlahan. Amat hati-hati sampai aku bisa memandang rasi yang benar-benar tak sama seperti sedia kala. Namun, ia bercahaya. Cahaya yang begitu syahdu, lembut dan tak menyilau kornea. Ada sekelebat perasaan cinta yang muncul di ulu hatiku akan kedatangan objek mungil itu pada akhirnya.
Detik itu aku tersadar bahwa aku sudah bukan satu-satunya bintang yang terang di angkasamu. Tidak lagi. Pemilik galaksi lebih memilih untuk menghadiahkan sebuah bintang mungil sebagai umbramu. Dan menjadikan aku penumbra. Setelah dalam penantian sekian lamanya, kita sampai pada detik dan detak yang harus dibagi. Pesawat yang kita tumpangi akan memiliki seorang calon awak baru.
Dan, selamat datang umbra pekatmu. Semoga kelak dia menjadi kebanggaan bagi kita, bagi sesiapa saja.
 
by: @afsahenda
http://sahenda.blogspot.com/

Tarian Aurora | @saraahaghnia

Aku berjalan menyusuri hampa bernama angkasa. Langkahku tertancap pada tumpukan batu penghalang raksasa, tempatku bersua dengan waktu dan pengap yang kian menghimpit. Aku melihat denyut nadiku melemah, seperti siap menyapa ajal. Namun ketakutan itu kembali menghampiri, menyeretku ke kenyataan yang kadang sudah tak bersekat dengan kefanaan. Jadi kuputuskan mengambil sebuah pil untuk ditelan.

Suara langkah mendekat mengusik sepi yang kucintai. Seorang gadis berambut ikal berjalan mendekat membawa sekarung kecil entah apa berwarna cokelat. Rambutnya yang berwarna azure membuatku memaafkan kelancangnnya mendekati  wilayahku. Warna azure--warna langit yang diam-diam lama kurindukan sekaligus warna terlarang.
Siapa kau?
Tak akan lagi penting siapa aku ketika asa mulai menyesakkan dadamu dan menghimpitmu dalam keputusasaan
Gadis tadi duduk di batu sebelahku.
Ini napas simpananku. Aku jarang menggunakannya dan lebih sering menyimpannya,
Ia menunjuk karung kecil yang ia pegang dengan wajah hampa. Ia melanjutkan bicaranya yang kuanggap racauan saja.
Seumur hidupku, aku tak akan menggunakan napas sebanyak ini. Aku pasti akan terus menyimpannya. Tetapi sebuah bunga tidak akan mekar terlalu lama. Ia harus mengorbankan kematiannya demi generasi yang baru.Seperti aku, aku rela mengorbankan apapun demi melihat kedua orang tuaku di Bumi.
Bumi--planet yang disebut-sebut planet terlarang--
Ia berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan melintasi batu penghalang raksasa dengan tenang. kulihat kakinya banyak berdarah. ia tetap berjalan sampai ke puncak walau sudah kularang.
Namaku Aurora, kuharap kau akan mengingatnya.
Ia menghabiskan seluruh napas yang ia kumpulkan sepanjang hidupnya dan menghilang setelah melompat dari puncak batu penghalang.
Di balik batu itu. Tempat gadis itu melompat. Tempat aurora  terjun adalah lubang hitam. Yang menyerap siapa saja ke dalamnya. Banyak mitos yang mengatakan lubang itu menembus ke planet terlarang bernama Bumi. Namun entah.
**
Lama setelah aku kembali kuat menatap angkasa tanpa gelisah dan resah yang lama menghampiriku, semua orang ribut membicarakan hal aneh. Seberkas cahanya berwarna azure melintang indah di atas angkasa.
Azure?
Aurora. Aurora pasti sedang menari di atas sana.

by: @saraahaghnia
http://uncoloursky.blogspot.com/

Jauh | @anggitmoracita

Kanan kiri aku mencarimu.
Lupa, kau tak lagi disampingku.
Layaknya angkasa, jauhnya kamu.
Aku bisa melihatmu, tapi tidak untuk menggapaimu.
Lupa, kita sudah tak sama.
Atmosfer kita berbeda.
Jauh terpisah kita.
Kau dan aku layaknya bumi dan luar angkasa.
Oh ya, bumiku masih hancur ketika menerima hempasan meteormu kala itu.
Kita jauh.
Jauh sekali.
Kau, bintang di luar angkasaku.
Mungkin sampai kapanpun aku hanya bisa melihat gemerlapmu dari sini.
Terlalu tebal atmosfer yang harus ku tembus untuk menggapaimu.
Mungkin, selamanya aku tak bisa menetap di dirimu.
Perutku geli, jangankan menetap, untuk singgahpun aku tak berani berharap.

by: @anggitmoracita
http://anggitmc.tumblr.com/

Lenyaplah | @muthiahannisa

menuju sebuah lintasan searah putaran cahaya terlalu cepat berhenti sekejap. “pikiranku” terdampar disebuah kerak hamparan halaman berbatas kedap udara terlalu “sempit” tulang rusukku seolah tak berfungsi terangkat keatas.perputaran harus dilanjutkan melewati beberapa bongkahan bola bundar. aku tertompang disebuah bola bundar kecil mmiliki aroma kehidupan seni ciptaan yang tidak terlalu abadi yang memasuki uzurnya.
aku bermulai dititik nol.
simpulan galaksi bima sakti memberiku beberapa rajutan awalan tusukkan pertama untuk sebagai”tongaknya” “aku meringis kesakitan” beberapa bocah sedang bermain dengan awal manis drama di galaksi ini, menoleh kepadaku? tatapan tajam begitu banyak pertayaan masuk keruang lobus masing masing otakku. mereka menertawaiku dengan ekperesi suci,aura bebas mereka. haruskah aku berbalik?
aku berteriak,insan di galaksi bundar lenyap seketika.

rajutan kedua dan berikutnya begitu halus aku telah tertompang di galaksi uzur ini? hatiku seakan ingin meledak begitu banyak pertanyaan belum terjawab aku ingin berteriak aku ingin lari dari galaksi ini!! “aku meronta” tulang rusukku menyekat, begitu dalam, semakin dalam sehingga tusukkan terakhir membuat aku makin meronta. begitu dashyat kedap udara yang menyekat tulang rusukku di galaksi yang uzur ini. beberapa partikel menjadi atom memenuhi masa ukuran kehidupanku begitu “pitam” “kelam”.
seorang gadis kecil yang masih bermain disimpulan drama menghapiriku?
langkah kecil merapatkan tubuhnya “kepadaku”
tersenyum manis dengan rayuan pahit
kau? kata itu keluar dari mulut mungil “kecilnya”
aku hanya pasrah badanku terlalu lemah.
hay wanita? ……….
badanku semakin bergetar seolah aku sudah ditemani beberapa penjaga yang dikirim tuhan kepadaku..
sudahilah?
kata ketiga itu terngiung di telingaku.
aku meringis dengan menuai tambang kesyahduan.
kata terakhir dan lagi keluar dari mulut kecil itu “hay wanita”?
berat bagiku mengatakan “IYA”?
massa mu telah berakhir dengan keuzuran penuh “noda hitam”
bagian tenggorokkan ku makin tersekat,pembatasan udara ditubuhku terbatas.
hari itu hari terakhirku di galaksi ini aroma kehidupan tidak tercium.
“AKU SUDAH DI SAMBUT”
LENYAPLAH….

by: @muthiahannisa
http://muthiahannisa.tumblr.com/

Rasi Bintang dan Meteor | @aqilriode

Hai, semesta, galaksi, bima sakti, bumi yang mempertemukanku dengan seorang pria dibelahan dunia lain.
Mungkin kita berbeda, ya kita bukan penikmat matahari senja, bulan dan bintang malam. Tapi perbedaan itulah yang menyatukan kita dalam satu alunan rasi bintang yang membentuk garis garis cinta diantara kita. Layaknya rasi bintang, cinta kita terang menderang seperti bulan sempurna yang memantulkan cahaya matahari.
Kamu dan aku menyatukan sebuah dimensi gelap menjadi sebuah dimensi terang keemasan tanpa bantuan cahaya lain berbagi imajinasi, berbagi cahaya rembulan, berbagi cahaya meteor yang tak kunjung datang, dan berbagi rasi bintang cinta kita berdua dalam kehangatan duniawi.
Kita berdua disini memadu sebuah alunan nada menjadi sebuah symphony indah yang menemani malam malam kita menikmati sebuah galaksi. Kita berterima kasih kepada galaksi bima sakti yang telah mempertemukan kita untuk membuat garis kehidupan dan garis rasi bintang kita sendiri. Rasanya menyenangkan, tetapi semesta tidak memberi waktu selamanya, layaknya sebuah benda tidaklah abadi seperti cinta kita, layaknya kumpulan nada yang dinyanyikan mereka seperti ini “tak ada yang abadi”
Ya, seratus per satu abad ini aku telah membuat alunan nada baru tanpamu, begitu kontroversial, namun indah, rasi bintang cinta kita berdua tetap ada tetapi kamu tidak ada lagi disampingku, di suatu bagian galaksi bima sakti ataupun semesta yang telah diciptakan. Setelah kepergianmu, aku melihat sesuatu di bawah sinar rembulan malam, ya itu sebuah meteor, meteor cinta kita berdua yang tak kunjung datang telah datang, tangis haru dan sedih tak bisa kutahan dan itulah terakhir kalinya aku menikmati langit bintang dan bulan, karena aku sudah puas melihat meteor cinta kita berdua bersarang disemesta ini. Walaupun kita berbeda dimensi rasi bintang cinta kita tetap ada dan meteor cinta kita juga telah datang. Selamat malam bintang penerang hidupku.

by: @aqilriode
http://aqilriode.tumblr.com/

What If | @dindabaki

Pikiranku terjatuh pada galaksi diatas yang hanya berani diam namun tersenyum dengan kedipan sinarnya. Beruntun pertanyaan menabrak satu sisi terlemah dalam otakku yang nyaris saja membeku karena tak menyediakan ruang berfikir terlebih jauh.
aku meringis pahit.
Salahnya pikiranku bertanya pada diri sendiri yang aku tahu aku takkan mendapat jawabannya.
Jika galaksi ini tak tercipta dan bumi tidak berbentuk bundar, akankah aku ada dan tuhan mempertemukan kita? Seperti pertanyaan Chrisye tentang surga dan neraka, kalau tak tercipta dan bla-bla-bla.
Menjauh dari titik normal, entah seberapa jauhnya seperti bima sakti yang tak akan bisa ku ukur dengan alat tak terbilang canggih. Pernyataan yang mereka bilang hanya termasuk rayuan murahan namun sakit rasanya bisa ku jelaskan dengan rinci.
Lebih pahit daripada dua cangkir berisi kunyit lunak, lebih sakit daripada kau gigit satu hal berapi yang membakar seluruh pikiran dan nyawamu. Lebih dari itu.
Karena mereka bilang aku sulit.
Memutarkan sebuah kelereng kecil yang mungkin jika ku kumpul dalam lingkaran bebas akan sama menakjubkannya seperti galaksi bima sakti itu. Lalu aku melihat satu dari mereka dan tersenyum pelan, “Menurutmu, jika dunia ini habis-lenyap, apakah aku masih tetap bisa bertemu dengannya? Apakah surga atau sekalipun tempat yang tak ku inginkan itu mempertemukan aku dan dia, satu-satunya yang ku cinta mati. Melebihi dari apapun di dalam galaksi bima sakti ini.”
Lalu anak kecil tadi menggeleng pelan dan terdiam dalam hitungan 2 jariku yang berbunyi mengisyaratkan 2 detik telah berlalu. Ia berjalan, punggungnya seakan menjawab “enyahlah kau, wanita gila.”


by: @dindabaki
http://dindabaki.tumblr.com/ 

Selasa, 24 Juli 2012

#prosaproject sesi3 edisi spesial

ga kerasa #prosaproject udah jalan sesi ke-3. nah di sesi ke tiga ini kita mau bikin edisi spesial, prosa bertema. Tema ini dimaksud buat memperluas bahasan dan ide prosa supaya ga monoton gitu aja. dan setelah didiskusiin maka tema #prosaproject sesi 3 ini adalah:

LUAR ANGKASA

Luar angkasa yang dimaksud disini bebas sesuai imajinasi kamu, tapi tetap dalam batasan Luar Angkasa. Postingan prosa selambat lambatnya diposting malam minggu (28/07/2012) dan link dikumpulin selambat lambatnya minggu jam 12 siang (29/07/2012) ke @tashafairus dengan format:

"Judul Prosa" | link | by:@akuntwittermu #prosaproject | cc:@tashafairus

Selamat menulis! Selamat berimajinasi!


catatan:
Untuk anggota baru yang minat gabung bisa konfirmasi ke @tashafairus atau @ktagana, trimakasih :)

Sepi | @ktagana

adam merenung pilu
tanpa kata, membisu
bibirnya kelu
hatinya sendu

paras hawa tak lagi rapi
hatinya diselimuti elegi
matanya sembab,
sehabis hujan semalam

adam tak membawa terang
hawa tak memberi tenang
mata adam berdebu
rintik di mata hawa makin menggebu

adam dan hawa hanya membisu
hatinya menggerutu
bara berserak di halaman
hati mereka kekeringan

adam dan hawa mengingkari janji
adam menggelapkan hawa
hawa menggelisahi adam

ditulis dengan dendang Lagu Kesepian - Efek Rumah Kaca

by: @ktagana
http://superagazzino.blogspot.com/ 

Kita Adalah Enggan | @tashafairus

kita adalah dua yang terikat.
saling bergandengan, tapi kaki kaki ini masih terkunci pada rerantai masa lampau, yang enggan terbuka.
kita adalah dua yang tak kunjung siap.
saling mengapit, tapi tak juga mau dipeluk janji untuk saling bertahan, pada hiruk pikuk semesta.
kita adalah dua yang rapuh.
saling mengirim rindu dari jauh, tapi tak juga kuat menahan reruntuh langit bernama asa.

kita adalah dua yang tak saling ikhlas, tak pernah ikhlas.
saling merapat dan berdoa untuk bersama, tapi tak pernah ikhlas untuk menoreh luka, bersama sama.



Ditulis dengan dendang Kita Adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan - Payung Teduh

by: @tashafairus
http://berbagicangkir.blogspot.com/

Satu Inginku | @anggitmoracita

Satu inginku,
Satu harapanku,
Satu impianmu,
Berjalan denganmu.
Baik di siang yang terik ataupun malam gelap yang dingin sepertimu.
Dengan keadaan apapun yg menimpamu
Tapi,
Aku tak bisa melihat matamu.
Aku tak bisa melihat langkahmu.

Tapi tetap, aku ingin berdua denganmu.
Aku tetap ingin melewati apapun denganmu.
Di tengah keramaian.
Di kesepiannya.
Di antara daun gugur.
Aku hanya ini berdua denganmu.
Sayang, aku hanya melihat keresahanmu.

Tak apa,
Aku menantimu disini dengan sabar.
Di atas sini, melayang layang menantimu.
Angin menerpaku dari utara dan selatan.
Tapi tak menggoyahkanku untuk tetap menantimu.
Tetap aku hanya ingin berdua denganmu.

Sayang, aku hanya ingin bedua denganmu.
Aku ingin berjalan berdua denganmu.

Ditulis dengan dendang Resah - Payung Teduh

by: @anggitmoracita
http://anggitmc.tumblr.com/

Minggu, 15 Juli 2012

Sepenggal | @tashafairus

seorang wanita tergeletak kaku di trotoar jalan.

beberapa waktu lalu; wajahnya pucat. matanya kosong menatap gemintang di atasnya.
malam sudah terlalu tua dan menghitam, seperti bongkah hatinya yang mencuat dibalik dadanya yang sobek.
pipinya dimakan angin dingin, bibirnya melengkungkan separuh senyum, senyum datar yang hanya tuhan dan ia serta seorang pria diluar sana yang tahu artinya.
badannya kurus tersapu debu jalanan petang.
dibungkus selembar kain ia meredakan liar udara malam yang merasuki rongga tubuhnya.
tangannya saling memeluk, kuku kukunya kebiruan menahan dingin angin.
kakinya tak beralas merabai langsung kasarnya aspal jalanan, dan getar kendaraan lalu lalang.
ia duduk di trotoar jalan.
tepat di bawah lampu jalanan yang membentuk bayangannya terinjak injak pejalan yang lalu lalang.
ia merintih setiap bayangannya terlewat begitu saja diatas trotoar jalan oleh orang orang.
terlewat cepat seperti masa lalu yang tak diharapkan si empunya.
ia merintih.
    "apakah aku salah satu bayangan yang tidak kau harapkan?"
    "apakah aku salah satu masa lalu yang harusnya tak kau lalui dan menjadi lalu?"


wanita ini merintih.
udara semakin dingin. malam semakin buas. orang orang semakin cepat melalui trotoar dan menginjak injak
bayangannya di tanah aspal.
badannya terhuyung.
mulutnya merapal doa. lalu ia terjatuh begitu saja, tergeletak membiarkan lelah mengalahkan dirinya atas usahanya
menunggu seorang yang sedari tadi tak muncul barang sekejap.
    "aku ingin kau datang, menyaksikan tubuhku biru menunggumu mengampuni masa lalumu."
    "aku hanya ingin diampuni, sebagai masa lalumu."
------

sementara itu,
seorang wanita keluar dari sudut gelap malam. ia sudah berjam jam menunggu dan tubuhnya hampir beku digerogoti angin malam.
ia berlari menuju trotoar di sebrang jalan setelah memastikan seorang terbunuh pilu disana. ia mengamati wanita yang sedari tadi dia amati,
dari semak tergelap yang dimiliki malam untuk menyembunyikannya.
wanita ini tersenyum getir.
    "aku mengampunimu, masa laluku."
sertamerta beban di pundaknya mencair.
perlahan ia membalut bongkah hati menghitam pada jasad di sampingnya.
tak lama badannya terhuyung,
ia terlalu lelah bertarung dengan waktu, menunggu. menunggu masa lalunya mati terbunuh sesal dan kesia siaan seperti ia dulu.
ia merapal doa,
lalu jatuh di samping masa lalunya, yang sudah menjadi mayat, mati karna menyesal menjadi riwayat.

by: fairus riski
http://berbagicangkir.blogspot.com

Tentang Kematian | @saraahaghnia

Seorang lelaki berlari membelah malam. Peluh mengalir deras dari sekujur tubuhnya. Ia tampak lelah, namun sesekali ia menoleh ke belakang. Waspada. Walau begitu, ia tetap memaksa mengayuhkan langkahnya yang kian memendek karena energinya yang menipis setelah seharian lebih ia berlari. Juga karena dahan-dahan dan ranting-ranting pohon yang mulai mengganggunya.
                Dua Hari yang lalu, mimpi itu kembali datang. Ia akan mati besok, artinya ia kan mati setelah hari ini dalam beberapa jam ke depan. Seseorang datang ke dalam mimpinya dan mengatakan hal itu padanya. Sebelumnya selama seminggu tidurnya tak lagi nyenyak. Ia terus bermimpi tanpa ujung yang jelas. Mulai dari rentetan masa kecilnya hingga sebuah mimpi dimana ia melihat seluruh keluarganya menangisi jasadnya.
                Sempat ia mendatangi “orang pintar” dan bertanya perihal mimpi-mimpinya. Lelaki tua di hadapannya mendadak pucat pasi setelah menyembur air yang entah apa campurannya ke dupa yang terbakar. Wajahnya seputih jenggotnya yang panjang hampir sedada. Saat ia bertanya apa yang lelaki tua itu lihat, lelaki itu berulang kali berkata, Sebentar, dan kembali merapal mantra.
                Bau dupa bakar kian menyengat, menyeruak ke seluruh ruangan menusuk hidungnya yang mulai tak nyaman. Lelaki tua yang katanya “orang pintar” itu akhirnya mendesah, menyerah kemudian berkata, Kau akan mati. Besok. Di saat fajar pertama mulai menyinari bumi.
                Ia tersentak. Bagaimana orang pintar ini tahu pesan di mimpi terakhirnya bahkan sebelum ia mengatakannya? Namun, ia kembali bertanya, Dimana?
                Saya tidak tahu, saya hanya membaca dan menafsirkan apa yang datang dalam mimpimu, lelaki tua itu berujar sambil menggeleng.
                Ia hampir gila. Atau mungkin sudah. Ia akan mati besok! Pikiran pertama yang melintas di kepalanya adalah ia tidak boleh tidur. Itu hanya akan mempermudah kematian menyergapnya tanpa permisi. Ia lantas hampir seharian menyusuri kota, mencari kafein terbaik yang paling ampuh untuk membuatnya terjaga.
                Waktu memburunya. Genderang kemar=tian terasa memekakkan telinganya.
                Ia berlari menjauhi kota. Berharap ada tempat persembunyian baginya. Dimana tiada sesuatupun disana, hanya dirinya. Kalau perlu ia ingin sekali berkelana menembus dimensi, menipu waktu juga takdirnya. Dan hari mulai berganti malam. Kelam menyeliimuti bumi. Suasana mencekam menggelayutinya di antara atmosfer dalam hutan ini.
Waktunya tak banayk untuk kabur dari kematiannya. Jika ia berhasil kabur setidaknya hingga fajar datang sekali lagi saja, mungkin ia bisa lolos.
                Otaknya mulai tidak beres. Ia berkhayal seperti apakah wujud malaikat yang akan menjemputnya? Seperti apakah rasanya mati? Sakitkah? Ia terkekeh.
                Namun sepersekian detik kemudian ia mengusir pikiran-pikiran gila dalam benaknya dan kembali mempercepat larinya. Ia terus berlari dan sesekali melirik jam di tangannya. Sebentar lagi. Hanya sedikit lagi. Detik terakhir di hari itu matahari mulai tampak bersinar walau masih malu-malu.
                Dan ia bebas!
                Ia tidak melihat sosok itu. Sosok yang beberapa menit yang lalau sibuk ia bayangkan. Ia merasa ringan. Ringaaaaan sekali. Ia menghela napas lega. Namun aneh. Ia tak merasa lelah setelah hampir sehari lebih ia berlari. Ia tak merasa….
                Dimana detak jantungnya? Dimana embusan napasnya? Dimana hangatnya suhu tubuhnya?
                Ia menoleh ke bawah dan mendapati raganya tergolek bermandikan darah di dasar sebuah jurang. Lelaki itu tak dapat berpikir banyak. Ia berusaha mencari tahu dengan melihat sekeliling. Matanya tibia-tiba membelalak saat melihat suatu sisi.
                Kemudian gelap.
                Genderang kematian kemudian mengantarkannya menuju tujuan selanjutnya. Malaikat pencabut nyawa, Tuhan, penghuni langit dan bumi mungkin terkekeh dengan usahanya yang sia-sia. Sebuah asa tanpa harapan nyata.
                Tak akan ada yang dapat lolos dari kematian. Pun saat kau bersembunyi di tempat yang tak akan dapat dijangkau siapapun di dunia yang fana ini.
Kematian adalah pasti. Kematian adalah sebuah keniscayaan. Dimana ia akan mengantarmu untuk pemberhentianmu yang selanjutnya dari hiruk pikuk duniamu.

by: @saraahaghnia
http://uncoloursky.blogspot.com

Nia | @malyasophi

Bandul waktu bukan bunda yang punya. dentang dentang cepat seakan tak berakal mengengah-engahkan nafas kita, memberimu ruang sekali hela untuk seratus meter kamu berlari.Maafkan kini bila bunda seperti waktu yang kamu sesalkan karena tidak hanya cepat, tapi ikutan menyirat. Tiap tergesa membangunkanmu dan dua adik kecilmu yang masih asyik terlelap dengan kasar, memandikan kalian tanpa menatap hangat, jemari yang enggan mengambil sayuran memasakkan kalian makanan, menyerahkan kamu dan kedua adikmu pada tetangga sebelah tanpa sempat menghangatkan kalian dengan pelukcium atau kata sayang. Bunda sungguhan menyirat.tiap kali bersinggungan dengan kalian, bunda seumpama tidak berkaki, hilang pijakan. Ibu mana yang biasa saja menyerahkan anak pada tetangga,ibu mana yang tega tidak prihatin dengan kalian barang semenit. Tega tidak berangan kalian siang nanti makan apa, tidur tanpa dielus rambut dan dicium kedua pipinya. Sejak awal bunda menceburkan pada putaran waktu, sungguhan bunda tidak kuat, bunda ingin menyerah dan pilih tetap teersenyum ditengah-tengah kalian. Mencebur Seakan diharuskan menatap acuh, bergerak menyembunyikan emosi, mengisyaratkan rasa. Iya, tataplah bundamu seperti rasa kamu dititipkan pada tetangga, ditatap biasa saja, diberi kata sekadarnya, dimasakkan dengan hati enggan, seakan dilewatkan jika kamu menatap mata bunda. Tak apa, sudah tahu mencebur ganjarannya seperti apa dan bunda menyetujuinya. Ikut jadi penyirat yang menahan ribu rasa yang biasa bergulir tiap menitnya, menyadari terkadang rasa enggan peduli celoteh kalian yang sedari siang ingin kalian utarakan. Bunda salah dan kalian tidak usah mengerti. Bunda memilih untuk tersirat. Pagi-pagi ia diantar ibunya Diturunkan tanpa kata baju ganti dan sabun batang giv untuk gadis kecil seusianya adalah Nia yang berkata, "disini aku istimewa" ,ketika diberi roti sekadarnya.


by: @malyasophi
http://maleospecia.blogspot.com

Senja Ditemani Pria Bersayap Hitam | @aqilriode


Senja, adalah gadis yang lahir di senja hari yang diahrapkan selalu mengantarai terang dan gelap sedang mendongakkan kepala keatas langit keemasan di senja itu. dia merenung akan suami yang telah memberi kehidupan indah, dan menerangi hidupnya tidaklah seperti pikirannya.
Malam itu hujan yang datang tiba tiba dan tanpa aba aba, Senja dan suaminya berdialog dengan canda tawa dan senda gurau ya membawa mereka kedalam kenangan tanpa henti tanpa pilu.
Senja tidaklah pernah tahu pekerjaan suaminya itu, suaminya tidak pernah bercerita kepadanya, dan senja tidak pernah mempermasalahkan itu semua. mereka tetap bercinta dalam kehangatan. mereka tetap memadu kasih didalam asmara yang membara.
Ketika suaminya melangkah untuk pergi keluar kota senjapun melangkahkan kakinya pula untuk pergi bersama temannya ke pesisir kota setelah senja pada hari itu telah melangkah kedalam kegelapan. Senja dan temannya bercerita panjang dan pada akhir cerita terciptalah dialog yang telah disimpan dalam hati dan pikiran paling dalam oleh para temannya. Mereka bertanya “Senja apakah kau tahu pekerjaan suamimu selama ini?” Senja menjawab”Tidak, mengapa?” Lalu temannya berkata kami tahu apa pekerjaan suamimu. Senjapun meruakkan wajah penasaran akan hal tersebut. Dan merekapun mengatakan yang sebenarnya kepada Senja seperti ini “Senja, pekerjaan suamimu adalah seorang penjual wanita wanita muda, dia senang bermain dengan tante tant girang dan penari wanita disebuah club, mungkin kau tidak menyangka semua ini, tapi itulah yang sebenarnya. Kami hanya kasihan kepadamu, dan kasihan memang seringkali tidak baik.” Senja yang tadinya mengantarai terang dan gelap berubah menjadi gelap seutuhnya.
Senja menunggu suaminya dikediaman mereka yang awalnya diberi kehangatan matahari yang sekarang hanya gelap tanpa tanpa matahari. Senja mengatakan semuanya yang dikatakan temannya kepada suaminya. Dan suaminya mengatakan”Iya, semua itu benar. Aku sungguh minta maaf kepadamu”
Senja melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar dengan air mata seperti hujan rintih rintih di malam hari yang sangat gelap. Dia mengunci kamarnya dan tidak ingin keluar kamar.
Hingga 5 hari senja sudah dikamarnya yang telah diberi noda terhadap suami yang dia cintai. Sesaat setelah dia keluar kamar. Para temannya datang dan menggedor gedor pintu rumahnya. Mereka datang karna Senja tidak mengangkat telfon mereka.
Ternyata mereka membawa kabar penting yaitu “Suami dari Senja telah meninggal dunia karna menderita banyak penyakit kronis. dia bunuh diri dengan menembak kemaluannya sendiri akibat putus asa dan tidak ingin membuat Senja malu dan menjadi bulan bulanan masa” Dan suaminya meninggalkan surat yang berisi “Senja, tetaplah mengantarai terang dan malam. aku tidak ingin kau sedih. awalnya aku hanya ingin kau bahagia dengan uangku, tapi aku salah dan sekarang aku menyesal, mungkin setelah kau baca surat ini aku telah terbakar dibawah kumpulan tanah hitam dan nisan yang bertuliskan namaku diatasnya, aku tidak ingin engkau berduka, jika kau ingin melihatku datanglah ke nisanku tersebut. Salam hangat”
Senja terdiam sejenak “Aku tidak tahu, yang aku tahu saat ini, sebenarnya aku masih ingin bersamamu” jemari kedua tangan Senja saling bergenggaman, mengeluarkan pandangan penuh harapan. bisik bisik pikiran membuas luas, ada yang teperdaya, sebagian terlena, sisanya hanya bisa menerka. Selamat jalan cinta ….

by: @aqilriode
http://aqilriode.tumblr.com

Ketika Hati dan Alurnya | @muthiahannisa


senja dengan awan kekuningan kuningan alur itu bermulai. halilintar dengan kecepatan perdetiknya menjamah bumi memancarkan cahaya listriknya menggrogoti gendang telingaku  ada sesuatu hal yang bereaksi kelihatan asing bagiku entahlah impuls terus berjalan dan bermuara disebuah perasaan yang ada ditubuhku mengerogoti semua saraf ketika alat indera penglihatan itu terus kau mainkan aku tidak bisa berkilah dimanakah aku harus menempatkannya karena bagian ini sudah menjadi abu abu yang terlalu lama kosong dan harus bermulai dititik minimumkah atau bagaimana? aneh begitu asing bagiku.
lantunan nada nada menjadi sebuah melodi yang dimainkan secara perlahan seolah tak ingin lepas, alur berjalan diatas sebuah skenario yang mempelihatkan sampulnya begitu halus dengan tekanan rasa yang berbeda yang terlalu asing bagiku selalu kuseduh dan menikmatinya.bagian abu abu dipudarkan begitu saja tidak ada lagi tinta hitam yang ingin aku muntahkan setiap harinya, ketika alur mundur maju yang dimainkan ketika periodenya membuat tubuhku melemah tidak berkoordinasi dengan baik membuat sentuhan yang melambung dengan hentakkan begitu keras melelehkan semuanya dan terlalu menua.
kanvas yang telah diberi lekukkan garis horizontal membentuk aliran kubisme tergambar lekukkan bagian telinga dan hati yang memerah ditemani udara seumpama digoreng dihari itu dipojokkan kafe bertema cllasic yang kau pilih,gendang telingaku menolak genre jazz yang dilantunkan tidak ada permainan alat indera penglihatan yang kau mainkan hanya alur skenario tinta hitam ternyata alur tersebut memiliki titik maksimum dan bermuara bak periode yang telah habis. hati yang monoton terlihat tarian fatomorgana menjamah bumi di senja sore yang cukup basah, kini aku hanya menyeduh tidak bisa menikmati. implus bak halilintar itu cukup merontokkan saraf muda yang baru mengenali sesuatu yang halus bernama “CINTA” yang terlalu menyusup ketika datang melepaskan helaian secara pelahan memberi goresan dengan seninya dan mengugurkan ketika musimnya tiba.

by: @muthiahannisa
http://muthianissa.tumblr.com

Tuhan Memberikan Jalan Terbaik | @aqilriode


Pagi itu, aku menikmati secangkir teh yang hangat yang diberi bumbu bumbu cinta dan kehangatan matahari didalamnya, tehnya begitu enak dan menumbuhkan semangatku.
Setelah habis secangkir tea itu, aku menanyakan pada pembuatnya tersebut, “bagaimana bisa kau membuat tea yang terasa seperti melayang diudara”, dia mengatakan, “itu cuma halusinasi pikiranmu saja”. Dan dia meminta aku untuk mengantarkannya ke lapangan terbang yg berada dipinggiran kota sambil tertawa akibat pertanyaanku sebelumnya.
Lalu setelah aku antarkan dan ia telah sampai ditempat tujuannya, disana ia bersenang senang, berfoya foya seperti lelaki malam yang sedang bermain main bersama penari wanitanya.sehingga akhirnya dia mulai kehabisan uangnya dan panik seperti orang yang kehilangan kehangatan matahari.
Aku disini yang menangis dalam kegelapan kesepian seperti dunia tanpa matahari dan bulan menerima pesan darinya yg ingin kembali. Aku menerimanya kembali dipelukanku dengan senang hati seperti menikmati angin di sore keemasan itu.
Pada malam hari yang yang sudah larut dan mataku telah terlelap, aku telah berada di alam mimpi. Dan dia telah kembali dengan wujud yang berbeda. Badannya bersinar gumilang seperti bintang yang paling terang dilangit, dia hanya diam berdiri di pojokan kamar dan tersenyum. Ternyata di pagi yang disinari oleh sinar matahari yang hangat itu dia telah kembali, tetapi bukan disampingku. Ia dibungkus dalam kain seperti sedang tertidur pulas akibat kelelahan, kini namanya ditulis disebuah nisan dan dia tertidur dibawah lembutnya tanah yang ada dibumi yang dipanaskan oleh matahari, dihembus oleh angin, dibasahi oleh air hujan, dan diberikan kedinginan oleh cuaca malam, dia bermandikan itu semua sekarang.dimana aku tidak akan bisa lagi melihat, dan memluk erat wujud wanita tersebut.
Kehidupanku mulai mencapai kesepian yg sempurna karna lenyapnya dia dari alam ini, aku ingin dia ber renkarnasi ke tubuh lain, tapi bagaimana, renkarnasi hanya mitos dan bualan belaka yang dibuat oleh sekumpulan mereka mereka yang telah kesepian seperti aku.
Kini aku menjalani hidup sendiri tanpa adanya dia, dan mencoba untuk mencari pendamping setia yg tidak hanya ingin menikmati kenikmatan dunia bersamaku.

by: @aqilriode
http://aqilriode.tumblr.com

Pelangi Fana dan Bernoda | @afsahenda

Entah retina, kornea beserta kawan-kawannya yang tak miliki fungsi. Atau gendang tak ditabuh yang pura-pura tuli. Atau kulit ari terbius sampai kebas, terasa tidak jika nyeri. Atau detik saja yang sedang tak indah. Atau udara yang dihirup sudah beda. Atau hujan yang dengan sadar tak lagi dinikmati di atas pelangi. Atau angin yang mulai kencang membuat warna-warna cerahnya sirna. Atau.. Ada pelangi yang tampak lebih sempurna hingga kau singgah dan terlena disana dengan seorang dara yang lebih anggun lakunya?
Aku sedang duduk di atas bias tinta berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Mungkin manusia lain juga mengerti. Pelangi ini, adalah milikmu dan aku. Adalah milik kita. Adalah satu yang selalu kita pertahankan. Adalah hal yang paling kita perhatikan. Adalah prioritas utama. Aku ingat dahulu, kau berjanji bahwa akan selalu mewarnanya dengan tinta-tinta merekah sekalipun badai sedang melanda. Membalas hal sama, aku mengikrar agar merawatnya tetap merona. Membersihkan jika ada tinta yang menetes lalu tak kuasa menahan gelak yang meriak. Karena itu merupakan nodamu. Selalu kau yang tak hati-hati dengan jemari, tapi selalu kau yang berusaha setia sekuat jiwa raga. Kita sama-sama berjanji menjaga baris-baris warnanya lalu tak akan mencipta noda. Kau juga pernah katakan padaku, aku akan membuatmu menjadi perempuan satu-satunya yang memiliki pelangi paling mempesona. Aku akan menjadikan pelangi kita sebagai pelangi terindah yang pernah ada di jagad raya. Aku akan membuat manusia-manusia lain antusias membicarakan pelangi yang kita punya. Biarkan saja mereka mencoba menodai pelangi kita. Aku yang lebih dulu akan membereskannya. Aku rela membeli pewarna paling meriah agar pelangi kita terus terjaga. Tak peduli berapa yang harus aku korbankan. Yaa.. Walaupun aku tau sesaat setelah aku mengembalikan pekatnya, akan ada tetes yang kau tertawakan. Lalu kau menuduhku bodoh sekenanya. Merasa kesal dan tak terima, aku ciptakan garis tak beraturan di pipi putihmu. Kau juga kesal kan setelahnya? Satu sama. Asal kau tau, momen itulah yang paling aku tunggu saat berada di atas sini. Di atas pelangimu dan pelangiku ini. Tapi aku tak bisa membuatnya sempurna jika dengan diriku saja. Aku butuh kau. Dan di akhir cerita, aku akan mengisi penuh kalbu dan kepalamu hanya dengan dua hal berharga: aku, dan pelangi kita yang sempurna nantinya. Aku tak akan menodainya. Aku tak akan. Aku berikrar atas nama kau dan pelangi ini. Janji milikku adalah yang sebenar-benarnya.
Namun.
Semua yang baru saja tiba dalam rongga otak tak ada dalam ekspektasiku. Dara itu, tak jua sempat singgah di ingatan. Aku jauh di atas normal. Aku tidak pernah berpikir kan tenggelam dalam pelangi yang bernoda. Aku berurai air mata sendirian, remuk redam sendirian, terengah-engah sendirian, tersenyum pahit sendirian, sedu sedan sendirian. Bahkan aku sampai berbicara sendirian untuk sekedar menghibur debar lara yang kau tinggalkan dan sedang mencoba bertahan. Nodamu yang mana yang tak aku rapikan? Tintamu yang mana yang aku serakkan? Kuasmu yang mana yang tak aku bersihkan? Ternyata persepsiku malang. Saat aku merasa pelangi ini nyaris sempurna, kau tak lagi ingin menambah pekatnya. Malah menjejak noda dimana-mana. Saat aku merasa pelangi ini benar-benar hanya milik kita, ia berbisik bahwa telah ada sepasang manusia yang dipisahkan oleh satu ingkar. Jua oleh seorang dara jelita. Yang membuat pelangi ciptaannya sendiri berlumur noda.
Atasmu aku haturkan, terimakasih atas pelangi fana nan penuh noda.
 
by: @afsahenda
http://sahenda.blogspot.com/

Secangkir Kopi Penentu | @larasbaki

Dia masih menunggu kopinya sejuk
tatapannya kosong menatap orang berlalu lalang disekitarnya
tak ada satu pun tujuan pandangan itu
aku tahu, dari sini
Jika aku dapat membaca pikirannya,
akankah ia membagi kopinya,
atau setidaknya ia menceritakan tentang bagaimana kopi itu bisa menjadi minumannya sekarang
setidaknya waktu membuatnya bernilai akan hal itu
Karena aku tahu bahwa dia tahu
diawasi tanpa ia sadari meskipun hatinya tak tersentak bahwa itu aku
apakah dia masih akan menunggu kopinya tanpa kehangatan lagi?
Menunggu diri ini pergi dari tempatnya berdiri,
memastikan bahwa aku bukanlah yang ia cari
karena untuk menunggu seperti ini saja aku mulai letih
tanpa kepastian tak pernah jelas

by: @larasbaki
http://dindabaki.tumblr.com

Lelaki Bersayap Hujan | @saraahaghnia

Saya baru pertama melihat kamu, tadi siang. Tuhan mempertemukan kita saat hujan turun ke bumi, menyapa saya dengan gerimis kecil. Juga dengan desah lembut angin yang terkadang mampir di antara kulit saya. Saya merapatkan lipatan tangan saya di depan dada, berharap dinginnya akan berkurang. Percuma. Saya menyeringai merutuki usaha sia-sia saya.
Lalu kamu datang, dan kita bertukar pandang layaknya kisah cinta dalam sebuah novel. Mata kita beradu sepersekian detik. Kilatan sepersekian detik itu memacu jantung saya untuk memompa lebih cepat. Untuk berlari lebih heboh layaknya pacuan kuda. Tapi kamu segera berlalu sesaat.
Ah. Ini bukan tempat dan waktu yang tepat. Saya merajuk kepada takdir yang tidak menjadwalkan segalanya dengan tepat dan cermat—setidaknya belum. Saya menunggu kamu keluar dari sana, sebuah tempat pencetakan foto kecil di sudut jalan. Saya baru sadar kamu sedari tadi menenteng sebuah kamera yang juga menggantung di lehermu yang terlihat jenjang, indah.
Tetapi, tidak akan terjadi percakapan. Persis seperti yang saya ramalkan sebelumnya. Saya tidak punya banyak waktu. Dan seperti mengerti, kamu muncul  dengan seorang teman. Tidak, saya masa bodoh dengan temanmu. Saya lebih tertarik dengan sesuatu di balik punggungmu. Saya berharap saya berimajinasi karena saya melihat untaian sayap indah melengkung terbentuk oleh butiran gerimis yang membelah bumi. Saya mengerjapkan mata, takjub.
Lalu kamu mengobrol. Ah. Saya rasa kamu perlu mendapat sebuah medali. Kamu sukses membuat saya jatuh cinta, tenggelam dalam imajinasi liar bernama asa. Termakan oleh cahaya yang terlihat berpendar di wajahmu yang berseri.
Kulitmu cokelat, terbakar teriknya matahari.
Badanmu yang tegap dan tinggi, saya mungkin hanya sepundakmu.
Matamu. Saya benar-benar jatuh cinta. Matamu yang tampak seperti garis tipis di bawah bingkai alismu yang tebal. Sipit, tapi memancarkan kehangatan yang sempurna.
Kemeja lengan pendek berbahan flannel kotak-kotak cokelat dengan celana pendek warna senada melekat indah membalut ragamu.
Ah. Rambutmu, saya suka sekali. Beberapa helai menjuntai layu dan basah menyentuh dahimu akibat terpaan gerimis yang kamu tembus.
Saya masih mengamati kamu. Dan terus begitu.
Saya harap temanmu mulai jengah dan membisikkanmu kata-kata semacam ini; Hei, gadis itu terus memandangimu. Saya rasa dia tertarik padamu. Datang dan sapalah dia.
Saya masih terus menunggu kamu datang, di bawah gerimis yang mulai reda dan menyeret matahari untuk segera bertugas lagi. Saya masih berdiri sendiri mengagumi setiap jengkal titipan Tuhan yang dipercayakan melekat di ragamu.
Tapi.
Saya sudah bilang waktu saya tidak lama. Saya sudah bilang saya tidak punya cukup, apalagi banyak waktu. Seseorang menghampiri saya, membuyarkan fantasi gila saya dan menyeret saya pada kenyataan. Saya masih memandangi kamu. Berharap kamu sedikit saja berpaling melihat saya. Dan hanya ekor mata itu yang terakhir saya tangkap. Ekor mata yang menunjukkan bahwa kamu menyadari keberadaan saya.
Taukah kamu, lelaki bersayap hujan? Saya terus berdoa pada Tuhan hingga kini.
Tuhan, bolehkah saya berharap? Bolehk ah saya bertemu dengan dia lagi—lelaki bersayap hujan? Bolehkah saya sejenak saja sekali lagi mengagumi ciptaanmu? Bolehkah saat waktu itu tiba segala ketidakmungkinan menjadi mungkin, dimana segala sesuatunya terasa tepat? Bolehkah saatnya nanti takdir mampu menjadwalkannya dengan sempurna? Bolehkah saya?

by: @saraahaghnia
http://uncoloursky.blogspot.com

Skizofrenia Semu | @ktagana

Wajahnya begitu bercahaya, itu yang pertama kali terekam otakku. Kemudian aku dengan mudah menghafal gores gores pada wajahnya, aku memahami dengan mudah lekukan lekukan tubuhnya. Dengan sedikit harap, aku bisa menjamah tiap tiap sudut keindahannya.

Aku enggan menggantung tinggi sebuah ekspektasi. Aku tahu Aku hanya siluet figuran dalam indahnya sebuah potret senja. Toh pada skrip akhir aku hanya akan menelan pilu, terhempas, tubuh penuh bilur. Skrip aneh.

"Kau terlalu banyak melamun, Tuan. Jangan terlalu sering, bisa saja kau ber-delusi. Skizofrenia mungkin. Ini dompetmu, Kau tidak sengaja menjatuhkannya.", suara merdu bak seorang biduan menggema di telingaku, membuyarkan lamunku. Itu wanita tadi, wanita dengan wajah bercahaya. Ia duduk di kursi tepat didepanku.
"Tidak, hanya terlalu banyak tanya dalam kepalaku. Apa yang dipikirkan oleh Tuhan ketika mencipta romansa di bumi ini, mengapa orang orang begitu mendamba lawan jenisnya, apa yang benar benar diharapkan sepasang kekasih?." Aku terlalu banyak memuntahkan tanya.

Wanita tadi menampung semua muntahan muntahan kepala ku. Meladeni tiap nada nada minor yang kusenandungkan. Meluruskan pikiran pikiran liar yang melayang layang di kepalaku. Tanganku kemudian bergetar, tubuh ini seakan melayang, tidak berpijak, mukaku memerah. Detak jantungku mengikuti irama ocehan wanita tadi, semakin mengencang. Sial, Aku hanyut, begitu saja.

Kita saling menggerutui hidup, mengutuk ngutuk, dan kemudian menertawainya. Pikiran kita tumpah ruah.
"Kau terlalu lama sendiri, Kau butuh teman untuk menampung isi pikiranmu yang tumpah ruah itu.", wanita tadi memecah lamunku. Entah apa yang sedang terjadi. Rongga otakku seakan enggan untuk mempercayainya. Ia menodongkan pisau tepat ke dadaku. Sesak. Keringat mengucur deras dari tubuhku.
"Kita jatuh pada ketidak percayaan, jatuh pada pikiran liar yang mengudara, rongga otakmu terlalu renggang, kau tak perlu menjawab, dan aku tidak menanti jawaban.", nafasku semakin sesak, rongga dadaku terasa semakin menyempit, begitu sakit, begitu sesak.


"Permisi, 1 Espresso dan Croissant coklat. Selamat menikmati.", seorang Wanita berambut kuncir meletakkan secangkir kopi dan sepiring roti dihadapanku.

Sial, delusi lagi. Skizofrenia.


Aku masih hanyut dalam lamunku dengan nafas terengah-engah, kupandangi langit yang bergemuruh melalui kaca disampingku. Hujan jatuh dengan terburu-buru. Kulihat sesosok Wanita dengan wajah bercahaya seperti di ilusiku tadi, membawa tongkat, berjalan diantara reruntuhan langit dengan terburu-buru. Aku terperangkap lagi, dalam delusi.

by: @ktagana
http://superagazzino.blogspot.com/

Sepotong Langit Merah dan Laut | @tashafairus

Langit merah, merekah dan hampir jatuh. Seorang gadis, merah, berdarah dan sudah terjatuh. Gaunnya kumal. Dadanya tertancap panah. Senyumnya legit meski gincunya mulai terdesak bulir bulir gerimis dari matanya, nyaris luntur. Ia terhuyung menyusuri setapak. Tergopoh memasuki desa. Di belakangnya seorang pemuda mengikuti. Dadanya juga tertancap panah. Senyumnya mengembang seperti gula kapas. Beberapa kali ia tergelak melewati semak yang memagari setapak itu, semak dengan bunga berbulu yang sesekali menggelitik pinggangnya yang terlapis jubah legam. Tangannya tertarik tarik gadis di depannya, jalannya terlalu lambat dibanding gadis itu, berkali kali ia mengencangkan genggamannya, dan setiap itu terjadi si gadis menoleh dan melempar senyumnya pada pemuda itu. Pemuda itu mempererat genggamannya, disusul toleh gadis di depannya, ekor kudanya bergoyang mengikuti arah lehernya, senyum itu.. pemuda itu bergegas membuka toples kecil dari sakunya, senyum itu terbang dan jatuh tepat masuk ke dalam toples kaca itu, menyusul kerumunan senyum yang sudah lama terkumpul.
Gadis itu acuh, matanya tetap fokus menyusuri setapak, tangannya sebelah masih menggenggam pemuda yang mengekorinya.
Sudah berapa banyak isi toplesmu?
Nyaris penuh
Butuh berapa toples untuk menyimpan aku tetap hidup dalam otak dan hatimu?
Sebanyak kamu mau menungguku, toples ini akan aku simpan dalam sudut kamarku, ku kulum layaknya kembang gula sebanyak waktu sebelum kita bertemu lagi.
Gerimis turun lagi dari dua bola mata gadis itu. Mulai mendesak bedak bedak tebal jatuh meluruh tanah. Panah di dadanya terasa semakin menusuk.
Kalau begitu aku tak akan tersenyum banyak untukmu, tuan.
Agar kau cepat kembali.
Pemuda itu terdiam sejenak. Lalu badannya tertarik lagi mengikuti gerak gadis yang berjalan di hadapannya itu. Gaun putih yang kumal, dengan bercak lumpur di tepi tepinya. Rambut yang diekor kuda. Kaki yang lecet karna perjalanan yang tak kunjung bertemu ujung. Senyum yang terus mengembang, sisa mascara yang meluber dan berjejak hitam di pipinya, seharusnya gadis ini tampak sedikit menyeramkan, tapi tidak bagi pemuda itu.
Gadis ini menyeka keringatnya. Setapak yang dilaluinya tak kunjung habis. Ini tandanya masih jauh jalan yang harus dilalui. Tangannya masih erat menggenggam pemuda di belakangnya. Pemuda dengan jubah legam dan sepatu berlumpur, bajunya kusut menandai jauhnya perjalanan yang sudah dilalui bersama gadis ini semenjak pagi. Gadis ini menoleh diam diam pada pemuda berjubah itu, sementara yang sedang diperhatikan justru sibuk mengamati langit yang sedang merah merahnya.
Aku suka langit ini.
Gadis itu terkejut dan buru buru mengemas pandangannya untuk tertuju lagi pada setapak kosong yang memanjang hilang di hadapannya.
Hanya langit memerah ini yang mengingatkanku bahwa kita masih di bawah atap yang sama, semesta yang sama, lanjut pemuda itu.
Ada senyum kecil tersimpul malu malu di bibir gadis ini. Ia mendongakkan kepalanya ke atas.
Hanya di bawah langit ini, aku merasa kamu menginjak tanah yang sama, aroma rerumput yang sama, deras hujan yang sama denganku, sejauh apapun aku tak dapat menangkap ragamu.
Pemuda itu mempercepat langkahnya, berlari kecil mendahului gadis itu. Lalu berdiri mematung tepat di hadapan gadis. Memaksa gadis ini tak melanjutkan jalannya.
Hingga kemana kita akan berjalan? Mencari tuan semesta dan menyalahkan keadaan?
Gadis ini terdiam. Gaun yang sedari tadi ditariknya tinggi tinggi untuk mempercepat langkahnya, ia turunkan perlahan. Tangannya merogoh sesuatu dari kantung yang sedari tadi tergantung di bahunya. Ia mengeluarkan bandul jam, dan sebuah peta yang tergambar kasar di atas selembar kulit tua.
Kita akan terus berjalan. Mencari pengatur semesta dan meminta ia melenyapkan dua benda ini
Si Gadis menyeka gerimis yang mulai merintik lagi di pipinya. Matanya berbinar lebar, menunggu keajaiban datang seperti anak kecil yang tak sabar menunggu kelinci keluar dengan ajaib dari topi tukang sulap yang kosong tadinya.
Kita tak perlu meminta Tuan semesta melenyapkan ini. 
Pemuda ini menarik bandul dan  peta kulit itu dari genggaman si gadis, melemparnya jauh menembus langit merekah, hilang tertelan awan keorenan.
Gadis ini tertegun, tepat ketika ia akan bersuara pemuda ini mengeluarkan sejumput senyum dari setoples dan memasangnya di lengkung bibir gadis ini.
Kita tidak bisa melenyapkan waktu, dan jarak. Kita hanya perlu sedikit senyum dan tawa lepas untuk melupakannya, melemparnya jauh untuk tidak mengingatnya lagi.
Pemuda ini menggenggam kedua tangan si gadis.
Tuan semesta tidak pernah salah. Pada jarak yang menggerus temu kita. Pun pada waktu yang membuatmu menunggu.
Pemuda ini mengeluarkan toplesnya.
Percayalah. Tidak ada waktu yang sia tanpa menghidupkanmua dalam otak dan hatiku. Senyummu ini akan ku seduh, tiap aku rindu pulang dan lelah untuk berjuang, bahwa ada seorang gadis yang menantiku dibawah langit memerah yang lain, yang sama bergulat dengan jarak dan waktu.

---

Pemuda itu menyisa kecup di udara.
Langit tetap memerah. Gadis bergaun kumal itu tetap memejam dan membaui rerumputan. Ia menampung gerimis matanya dalam sebotol bening, memasukan bau rerumputan, deras hujan, dan langit kemerahan ke dalam botol itu hingga sesak.
Matanya terbuka. Ia mengeringkan sisa gerimis di pipinya dengan ujung gaunnya. Maskaranya sudah luntur, gincunya sudah memudar, senyumnya masih mengembang. Ia mengangkat gaunnya dan berjalan lebih cepat menyusuri setapak.
Hingga ia berhenti di tepi sebuah laut. Badannya terduduk di atas pasir. Ia mengeluarkan botol beningnya, lalu menghanyutkannya di gelombang air.
Untuk tuan yang sedang berjuang, entah sampai padam matahari yang kapan. Aku mengirimkan sebotol nostalgia kecil tentang langit merah  dan kita. Saat persediaan toples senyumku sudah menipis, ingatlah ada gadis yang nyaris menyerah menunggumu diujung sini, menunggu bandul jam dan peta kulit tak menjadi suram bagi cerita kita.
 
by: @tashafairus
http://berbagicangkir.blogspot.com 

Dia | @malyasophi


Setiap pukul sembilan petang mereka memejam dalam-dalam. Mengumpul emosi napas lalu meberangusnya sampai hitam, sama warna dengan malam. Tidak ada yang kelihatan.Setiap pukul sembilan petang,mereka tidak pernah hadir dalam kuluman mulut yang menyumpalnya dengan lembar-lembar merah nominal ratusan, mereka tidak pernah hadir dalam debar para-para pelampias yang hadir tanpa merah muda, mereka menutup mata dan dirinya dibatas tidak kelihatan, dibatas kastil bertembok hitam. Was-was mereka mengaca, semoga tampak tebal dan pantas dilecehkan sekelihatannya. Tenang saja mereka berdialog sendiri, toh kini bukan dirinya yang terpantul di kaca, bedak-bedak tebal dan gincu merah yang kontras dengan pucat riasnya, toh kini bukan dia.  Diantara tiga belas wanita yang berdiri di tiap pukul sembilan keatas, cuma dia yang bergincu merah muda. Pertama bergabung ia sudah menegas bahwa tidak ada warna gincunya selain merahmuda. Merah muda menurutnya lebih tegas dari tebal merah darah, merah adalah sekelumit pasrah yang tidak sudah-sudah. Sudah, sudah cukup batas toleransinya ikut ritual menutup diri di kastil hitam seperti anggota lainnya, cukup batasnya memberangus setiap rasa hingga hitam , hingga rasa-rasanya hanya berhak jadi latar. Ia masih punya impian diantara tiap ritual , ia tidak mau tambah lenyap lewat merah darah pasrah yang seragam, ia masih ingin punya cinta, ia ingin setidaknya hidup, meski cukup lewat seulas merah muda. #prosaproject

by: @malyasophi
http://maleospecia.blogspot.com

Jumat, 13 Juli 2012

Peserta Awal

Project yang ada disini sangat menerima siapapun yang ingin bergabung untuk meramaikan berbagai macam project yang ada. Bagi yang belum tau apa saja projectnya bisa klik disini
Nah, ini beberapa kami yang telah memulai ambil bagian di Prosa Project sesi 1.:
1. @ktagana: http://superagazzino.blogspot.com
2. @tashafairus: http://berbagicangkir.blogspot.com
3. @aqilriode: http://aqilriode.tumblr.com
4. @larasbaki: http://dindabaki.tumblr.com
5. @afsahenda: http://sahenda.blogspot.com
6. @saraahaghnia: http://uncoloursky.blogspot.com
7. @malyasophi: http://maleospecia.blogspot.com

Bagi yang ingin mengikuti tidak ada kata terlambat. Sangat dipersilahkan untuk bergabung.
Bisa kontak ke @ktagana atau @tashafairus.
Selamat menulis!

Lembaran Awal

#PROSAPROJECT

#prosaproject ini project kecil kecilan yang berawal dari stuck & kepasifan nulis blog. 
project ini dijadiin sarana buat kita semua belajar nulis prosa bareng bareng, bagi yang selama ini sebatas ngisi blognya dengan sajak.
nah sebelom mulai project, ada bagusnya kita nyamain definisi prosa itu sendiri.
hasil diskusi @tashafairus, @ktagana dan @malyasophi setuju kalo prosa adalah; tulisan yang memiliki alur cerita semacam  cerpen TAPI menggunakan gaya bahasa
metafora, bermajas layaknya sajak.
nah, ini dia rules dari #prosaproject:
1. prosa yang dibuat bertema bebas (untuk sementara ini)
2. prosa yang dibuat diposting ke blog/tumblr masing2. (untuk blog diberi label #prosaproject)
3. prosa yang sudah diposting bisa dishare linknya ke @tashafairus
4. untuk sementara ini pembuatan prosa dilakukan dua minggu sekali.
5. dalam project ini tetap ada deadline persesi, deadline ini dijadikan tanggal publikasi serentak semua karya prosa.
6. di tanggal publikasi itu diharap bantuannya untuk retweet semua karya prosa teman teman #prosaproject tujuannya supaya "massa" pembaca semakin luas.




#WEEKENDPROJECT

#weekendproject ini adalah project iseng nulis blog bareng @ktagana tiap weekend yang sering gagal.
tujuannya tetep supaya lebih produktif dlm menulis.
disini siapapun jg boleh meramaikan, rules :
1. postingan blog tiap weekend ini bisa berbentuk puisi atau sajak
2. tema puisi atau sajak ini dibatasi, dibatasi dengan maksud ide diambil dari lagu atau foto/gambar
3. lagu atau foto/gambar harus disertakan di postingan sajak atau puisi tsb.
4. postingan bisa dishare masing2
5. buat yang mau meramaikan #weekendproject & kebetulan juga ikut #prosaproject project ini bisa dilakukan selang seling.
(contoh: karna prosa project sesi 1 deadline tanggal 1 juli, weekendproject bisa dilakukan 23-24 juni) 


------

#WATERCOLOURPROJECT

#watercolourproject ini adalah project bareng @malyasophi yang lagi lagi nyaris gagal.
project ini gabungan project lukis cat air dan sajak.
rules:
1. buat lukisan simple dengan pewarnaan cat air
2. buat sajak yang sesuai dengan penceritaan lukisan yang dibuat
3. pada postingan sajak disertakan foto lukisan cat air.