Minggu, 29 Juli 2012

Meninggalkan atau Ditinggalkan? | @septyDI

Apa kita masih melihat bintang sama malam ini?
“Aku masih sayang kamu banget,Reina. kamu tau kan nggak ada perempuan yang bener-bener aku sayang selain kamu. Semua setelah kamu itu nggak berasa waktu aku sama kamu.”
“Apa kamu inget sama Laura waktu kamu ngomong begini semua sama aku?”
“Apa kamu nggak bisa untuk menunggu sebentar,sayang? Sampai aku benar-benar menyelesaikan semuanya di antara aku dan Laura?”
“Aku harus menunggu berapa lama lagi,Dan. Apa belum cukup kita ngejalanin sembunyi-sembunyi gini selama dua tahun lebih? Butuh berapa lama kamu menyelesaikan semuanya dengan pacar LDR kamu itu?
“Tapi, aku butuh kamu Reina.”
“Coba kamu fikiran matang-matang ya, pilih antara aku atau dia. Aku kasih kamu waktu 1 minggu buat mikirin semuanya., gimana kedepannya dihubungan kita ini. Dan setelah itu, aku juga nggak bakal nuntut yang macam-macam lagi dari kamu. Dan kita cukup menghentikan semua komunikasi dan pertemuan rahasia ini selama 1 minggu ini”
“Aku sayang kamu,Reina. kamu tau sekali soal itu”
“Aku juga sayang kamu,Dan.  bahkan mungkin melebihi pacar beneran kamu itu. Tapi hubungan kayak gini mau sampai kapan dijalani? Aku butuh komitmen dalam hubungan ini.”
“Oke kalau itu yang kamu mau,sayang. aku bakal mikirin semuanya. Dan sesuai permintaan kamu kita menghentikan semua komunikasi dan pertemuan ini sampai satu minggu kedepan.”
“Oke, satu minggu lagi aku nungguin kamu ditempat biasanya kita ketemu. Jam 2 siang”
***
Percakapan malam itu benar-benar terekam jelas diingatanku. Ya, aku seorang selingkuhan dari mantan pacarku yang terindah. Klise sebenarnya, tapi kalau sudah masalah perasaan siapapun bisa ngelakuin apa saja demi kebahagiannya bukan? Keegoisan tertinggi dari seseorang yang menuntut kebahagiaanya sendiri tanpa mempedulikan kesakitan orang lain.
Dan teringat dimasa-masa kita benar-benar bersama.
“Kamu kasih aku panggilan sayang gitu kek~”
“Masih penting ya begituan?”
“penting~”
“hmm.. buat apa sih? bentar deh ya aku pikirin dulu.”
“Jangan lama-lama”, Dan berkata manja dihadapanku. Aduh.. bagaimana bisa aku tak luluh dihadapannya?
“Karna aku suka banget sama angka kembar dan aku juga suka banget sama bintang, aku manggil kamu Capella aja kali ya.”
“Capella?”
“Iya. itu bintang kembar yang terang yang sama hangatnya dengan matahari dan dia selalu ada dimusim dingin. Kayak kamu yang datang ke hidup aku disaat aku bener-bener ‘dingin’ ”
“Mm.. gitu ya?”
“kalo nama panggilan buat aku?”
“Aku boleh namain kamu pelangi,kan? soalnya aku selalu suka hujan dan pelangi selalu ada setelah hujan,bukan?”
“Sejak kapan kamu mau sok romantis begini sih?”
“Sejak sayang sama kamu”
dan kita saling tertawa bersama sambil mengejek satu sama lain
***
Seminggu kemudian. Kafe
“Maaf terlambat, tadi aku ada kelas yang molor banget masuknya”,ujar Dan sambil terengah-engah. Terlihat ia benar-benar lelarian sepanjang jalan menuju kesini.
“It’s okay. Dan sejak kapan kamu ontime coba? Pesen dulu mau minum apa”,ujarku sambil mengaduk cappuccino freddoku untuk menutupi kegugupanku.
“Mm.. ntar aja deh. Eh,Tapi kan aku sudah berubah banyak dari pada waktu-waktu pertama kita ketemu. Dulu aku lebih jauh bandelnya,kan.”, dia berkata sambil mengacak-acak rambutku.
“Stop.. ini susah loh ngatur rambutnya sampe serapi ini”, aku refleks untuk menghindarinya dan dia berubah membelai rambutku. Dan matanya terlihat dengan jelas, dia sedih. Kenapa? apa dia sudah memutuskan semuanya? Aku sudah mencoba untuk berpura-ura tidak tau apa-apa. Tanpa sadar tangis keluar dari mataku. Tangis perpisahan yang belum terjadi.
“Kamu kenapa kok nangis?
“sepertinya aku tau apa yang akan terjadi. kamu kan dari dulu tau aku memang cenayang”, ujarku bercanda sambil menangis.
“Cupcupcup, udah ah. Udah gede gini kok malah nangis, malu tuh diliatin orang”
“karna aku tau disini sepi banget,Dan. Nggak bakal ada orang yang eknal sama kita disini. Dan kita juga memilih tempat ini karna yakin nggak bakal ada orang yang kita kenal disini. Untuk mengadukan hubungan kita ke Laura,pacar kamu” aku menekankan nama pacarnya terhadapnya, dan langsung berubah raut wajahnya.
“jangan tatapan yang itu,Dan. Kamu tau aku bakal luluh dengan tatapan itu,kan?, ujarku. Dan tak terasa tangisan itu semakin menguat.
“Aku sayang kamu,Reina. Dari awal kita ketemu aku udah bisa menebak, kamu itu beda. Beda dari sekian perempuan yang pernah ada dihidup aku. Dan kalo disuruh memilih seperti ini aku bingung.”
“kamu nggak bisa memilih aku? kamu tau aku sesayang apa sama kamu. kamu tau aku jeuh lebih sayang sama kamu daripada laura,kan?”
“Aku mungkin aja bisa untuk mengkhianati Laura,sayang. Tapi. untuk mengkhianati orang tua aku atas perjodohan ini aku sudah nggak sanggup. Ini terlalu susah untuk dipilih”
“aku sudah menebak semuanya bakal seperti ini akhirnya,Dan. stop semua kata-kata sayang kamu. aku sudah nggak bisa ngedengerin apa aja dari kamu sekarang. Di Otakku sepertinya semuanya sudah pecah, semuanya penuh dengan suara pecahan. Sepertinya 4 tahun hubungan kita dan 2 tahun terakhir yang harus backstreet dari orang tua kamu dan tunangan kamu itu sudah nggak ada artinya ya”
“tapi, aku sayang kamu,Reina. aku butuh kamu.”
“Kita terlalu berbeda. Bisa diibaratkan Kamu itu Hujan dan Aku Bintang. Kita nggak pernah bersatu walaupun berada pada tempat yang sama. Karna, Bintang yang bersinar hanya ada saat malam hari, sedangkan Hujan bisa datang kapan saja. Jikalau hujan datang pada malam hari, bintang selalu mengalah dan bersembunyi dibalik awan hujan itu, mengalah. Dan meminta maaf kepada setiap manusia yang menunggunya sedari matahari terbit di bumi karna tak bisa menghibur dan melihatnya malam itu. Bintang yang hanya terlihat indah dari jauh itu hanya bisa mengalah kepada hujan.”aku mencoba menahan tangisku, mencoba menghentikan tangisku yang pecah dipelukannyanya.
“Kamu bukan sosok yang egois, tapi entah kenapa kamu terlalu egois di hadapanku, dipemikiranku. Kamu bukan sosok yang jahat, tapi entah kenapa apa saja yang kamu lakukan terhadapku terlihat jahat.”, aku mengucapkan kata-kata itu yang membuat dia benar-benar terdiam.
“Lebih baik kita hentikan semuanya saja, lebih baik kita seperti orang asing yang nggak saling mengenal. aku sudah cukup sakit dengan semuanya”, aku beranjak dari tempat dudukku.
“Kamu mau kemana,Reina? Yuk, aku antar pulang”,Dan pun ikut beranjak dari tempat duduknya.
“Semuanya sudah berakhir disini,Dan. aku butuh waktu untuk merapikan semua serpihan hati ini. Aku butuh waktu untuk menghilangkan semua kenangan kita. Kamu mau mengerti,kan?” ujarku dengan senyum ganjil yang Dan pun tau apa artinya.
“Aku benar-benar minta maaf,Reina. dari awal memang kita sudah kalah dengan perasaan. aku terlalu takut untuk mengambil resiko untuk kita. aku benar-benar sayang kamu,Reina”
“Aku paham dan Aku sangat mengerti apa maksud semua ini,Dan. Berbahagialah dengan gadis pilihan orang tuamu. Berbaktilah kepada orang tuamu. aku selalu mendoakan kebahagiaan kamu”
“maafkan aku,sayang. maafkan aku,pelangi”
“Ah, sudah lupakan saja semuanya. Kita sudah bukan siapa-siapa. Dan kita sepasang manusia yang terikat dengan kenangan indah terlarang. Lupakan saja.”
“Maaf,Reina. Maaf.”, ucapnya dengan suara bergetar. Sudah 5 tahun aku mengenalnya sebagai pria yang sangat tenang pembawaannya, baru kali ini suaranya bergetar. Dia kehilangan kontrol dan sungguh-sungguh dengan pengucapannya.
“minta maaflah ke Laura, dia pihak yang tersakiti diatas semuanya ini. Sebelum kamu meminta maaf, aku sudah jauh memaafkanmu. Selamat tinggal,Dan. “ Aku sudah cukup tenang untuk melanjutkan perjalanan hidupku dan berjalan keluar dengan tegar.
Dan hujan turun dengan lebatnya seperti tau apa yang paling aku butuhkan, untuk mengelabui semua tangisku yang meledak. Aku hanya bisa berjalan ditengah hujan, mencoba mengikhlaskannya. Mencoba menikmati salah satu yang paling Dan suka, yaitu hujan. Dan untuk menutupi tangisku.
Dan pada akhirnya kita hanya memiliki 2 pilihan, antara ditinggalkan atau meninggalkan.

by: @septyDI
http://septydwiindriani.tumblr.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar