Hai, semesta, galaksi, bima sakti, bumi yang mempertemukanku dengan seorang pria dibelahan dunia lain.
Mungkin kita berbeda, ya kita bukan penikmat matahari senja, bulan dan
bintang malam. Tapi perbedaan itulah yang menyatukan kita dalam satu
alunan rasi bintang yang membentuk garis garis cinta diantara kita.
Layaknya rasi bintang, cinta kita terang menderang seperti bulan
sempurna yang memantulkan cahaya matahari.
Kamu dan aku menyatukan sebuah dimensi gelap menjadi sebuah dimensi
terang keemasan tanpa bantuan cahaya lain berbagi imajinasi, berbagi
cahaya rembulan, berbagi cahaya meteor yang tak kunjung datang, dan
berbagi rasi bintang cinta kita berdua dalam kehangatan duniawi.
Kita berdua disini memadu sebuah alunan nada menjadi sebuah symphony
indah yang menemani malam malam kita menikmati sebuah galaksi. Kita
berterima kasih kepada galaksi bima sakti yang telah mempertemukan kita
untuk membuat garis kehidupan dan garis rasi bintang kita sendiri.
Rasanya menyenangkan, tetapi semesta tidak memberi waktu selamanya,
layaknya sebuah benda tidaklah abadi seperti cinta kita, layaknya
kumpulan nada yang dinyanyikan mereka seperti ini “tak ada yang abadi”
Ya, seratus per satu abad ini aku telah membuat alunan nada baru
tanpamu, begitu kontroversial, namun indah, rasi bintang cinta kita
berdua tetap ada tetapi kamu tidak ada lagi disampingku, di suatu bagian
galaksi bima sakti ataupun semesta yang telah diciptakan. Setelah
kepergianmu, aku melihat sesuatu di bawah sinar rembulan malam, ya itu
sebuah meteor, meteor cinta kita berdua yang tak kunjung datang telah
datang, tangis haru dan sedih tak bisa kutahan dan itulah terakhir
kalinya aku menikmati langit bintang dan bulan, karena aku sudah puas
melihat meteor cinta kita berdua bersarang disemesta ini. Walaupun kita
berbeda dimensi rasi bintang cinta kita tetap ada dan meteor cinta kita
juga telah datang. Selamat malam bintang penerang hidupku.
by: @aqilriode
http://aqilriode.tumblr.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar