Kau,
rinai yang membasahi beranda
yang memelukku dingin bersama angin selatan
menjelma rindu pada kelopak mata
Kau,
embun yang menjejak di jendela
lantunan nada yang mengirisku lirih
menjadi bahagia pada rimba yang jauh
Kau,
gurat yang patrinya tak lekang dalam enggan
batu karang yang kokoh di lautan ingatan
menjelma bayang di punggung keramaian
Kau,
mata yang ditumbuhi mawar
pada buku cerita yang kau suka
Kau,
punggung yang tak kusentuh
dalam potret lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar